Dengarkanlah, aku sedang bertanya, dengan sangat jujur, kepada hatiku, apakah aku seorang munafik?
Aku
mengakui Allah sebagai tuhanku, tapi entah sudah berapa banyak hal dan
makhluk yang aku tempatkan sejajar denganNya bahkan lebih, dihatiku.
Aku
mengaku muslim, namun lihatlah perhitungan rinci yang pasti aku
kemukakan di depan, ketika telah sampai waktunya aku harus mengerjakan
kewajibanku sebagai muslim.
Bahkan sebenarnya aku adalah sudah lebih
dari tahu dan sadar bahwa aturan Allah telah jelas tentang segala
sesuatu dalam hidup. Namun, entah kenapa aku tetap dengan berat hati
menanggalkan semua. Apalagi lah, jika bukan karena aku tak mau rugi
dalam urusan dunia. Ketakutan dan kemalasan seketika menyelubungi kepala
dan menjalar ke hatiku yang akhirnya akupun menghentikan arus kebaikan
itu untuk menemani hari- hari itu.
Aku mengaku muslim, namun laku,
tindakan, dan tutur kataku tak lebih dari menghujat, memecah belah dan
merusak citra islam dan harga diriku dan saudaraku sendiri. Dan ...
ajaibnya, aku tetap menganggap hal itu sebagai sebuah kebanggaan dan
atau prestasi dari diriku yang akan mungkin membuahkan pahala dimata
Allah. Ya robb, sudah tidak waraskah aku?
Aku mengaku muslim,
namun aku tak pernah berbangga dengan identitasku ini, dan malah
menghujat sesamaku yang telah mendapat rahmat Allah untuk dapat
menerapkan aturan islam lebih baik dan lebih nyata dari pada aku. Entah
pikiran setan apa yang menggelayuti hatiku, dan lihatlah malah
kesombongan dan caci maki atas mereka yang selalu aku berikan tanpa
henti.
Aku mengajarkan kebaikan namun saking sibuknya diriku
dengan sebuah pengajaran, aku lupa mengajari diriku untuk mempraktekkan
kebaikan itu dalam kehidupanku sendiri. Tidak ada yang tahu memang,
ataupun tidak ada yang repot dengan mencampuri urusan hidupku, namun
ternyata hatiku sendiri yang berprotes kepadaku dan betapapun aku
mencoba lari darinya, aku tetap tidak bisa.
Aku mengakui sebuah
kebaikan dan manfaat dari kejujuran. Namun diam- diam aku mengkhianati
hati nuraniku dengan berbuat curang pada Allah, diriku sendiri, kepada
sesamaku. Aku menyangka Allah pun hanya diam dan tanpa akan menyeruakkan
aibku ini, karena ini adalah rahasiaku dengan Nya. Selanjutnya dengan
bangga dan penuh kamuflase atas sebuah julukan orang alim dan jujur, aku
berjalan di muka bumi, dengan tetap tenang.
Manusia lain
menggelariku orang yang amanah dalam menjaga dan memenuhi titipan mereka
kepadaku. Namun dibelakang mereka, amanah itu aku selewengkan dengan
alasan kebutuhan dan selera duniaku. Dan jika akhirnya mereka mengetahui
hal itu, maka dengarlah untaian kata- kata indah yang dengan keahlian
dan kepandaianku aku rangkai dengan berbagai cara. Apalagi lah tujuannya
selain agar mereka tetap mengenaliku sebagai yang terbaik.
Lihatlah
betapa mulutku memang benar- benar mengekspresikan isi hatiku. Isi hati
yang aku tuntun untuk menjadi munafik, namun ternyata aku tidak sekuat
itu untuk memaksanya. Suara bisikan kebaikan dari Allah lewat hati
nuraniku, tetap begitu kuatnya sehingga membentuk sebuah pertentangan
batin yang tidak sanggup aku kuasai permainannya.
Apakah aku seorang munafik?
MasyaAllah,
ternyata aku seorang munafik. Betapa banyak manusia yang menilaiku
baik, namun itu sama sekali tidak mengurangi teriakan batinku yang
memaki diriku karena aku sebenarnya adalah seorang munafik.
Hatiku protes karena aku telah mencurangi Allah walaupun hanya dia
sendiri yang mengetahuinya. Aku ternyata tidak bisa lari sama sekali
dari umpatan hati nuraniku yang pasti akan jujur tentang adanya aku.
Ya
robb, ampunilah hambamu yang sombong ini, yang telah berbangga hati
dengan dinilai baik dan berusaha agar dinilai baik dihadapan manusia,
namun sebenarnya rendah di hadapanMu. Sanggupkah hamba ketika
"video" keburukanku itu nanti akhirnya akan diputar kembali dan di
pergelarkan pada semua makhlukmu diakherat nanti? Sanggupkah hamba saat
nanti tiada lagi ampunan darimu dan rahmat untuk hamba, untuk
tertutupnya dengan rapi semua aib dan kekurangan hamba?
Ya Allah,
semakin manusia menilai baik terhadap hamba, sebenarnya semakin dalam
sakit yang hamba rasakan. Sakit lantaran semakin keras pula teriakan
hati nurani hamba yang mengatakan bahwa hamba adalah seorang MUNAFIK,
yang hanya pandai memoles jati diri dengan sejuta kebohongan, kecurangan
dan dan topeng demi terlihat sempurna dihadapan manusia.
Ya Allah, ampunilah hamba... Ampunilah hambamu yang hina ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar